Sabtu, 23 Januari 2010

ESTETIKA BERMUSIK ANAK LAMPUNG

Musik, sebagai seni akan dikenali dalam dimensi estetisnya, kritikus seni yang mendalami musik akan memahami atas konvensi-konvensi yang sudah ada dan diakui oleh aliran-aliran tertentu didalam musik. Aspek ini sering kali melihat musik dari sisi eksperimennya atau komposisi yang dihasilkan dari serangkaian alat-alat musik. Namun aspek komunikasi, musik dilingkupi oleh kompleksitas psikologis dan sosiologis, musik telah menjadi realitas sosial dengan mengambil bentuk sebagai kebudayaan popular (popular culture). Sebagai kebudayaan popular, musik menjadi sebuah industri, logika industri menyaratkan musik mengambil peran kompromistis dengan selera publik, apa yang disebut musik yang baik dalam logika industri adalah musik yang disukai publiknya. Hasilnya, musik tidak saja sudah menafikkan ukuran-ukuran estetis tapi lebih daripada itu menegasikan peran yang bisa diambil oleh pencipta lirik/pengarang yang otonom dalam mengkonstruksikan pengucapan dengan kebebasan penuh, dengan memahaminya sebagai “tukang” atau bahkan sebagai faktor produksi dalam industri musik.

Dominasi produser dan 'ketakutan' musikus maupun pencipta lagu akan minimnya respon publik atas lagu-lagu mereka, pada akhirnya akan melahirkan “mainstream” musik Indonesia seperti yang kita kenal saat ini. Oleh karena itu perlunya memahami musik dengan melihat bagaimana kecendrungan penggambaran pesan pada tema-tema dominan muncul, dalam hubungannya dengan bentuk saat ini yang telah menjadi industri dan kolaborasi dengan media massa. Kolaborasi keduanya menjadi industri besar yang tentu saja memaknai semua musik dalam ukuran yang menguntungkan dari segi bisnis. Peran media ini melahirkan ubiquitas musik yang berdampak luar biasa pada pertumbuhan industri musik (rekaman) dengan meningkatnya angka pembelian kaset rekaman dalam berbagai jenis musik. Dengan demikian kedudukan media massa menempati posisi strategis dalam pembangunan batas-batas bagaimana sebuah lagu berada pada titik ideal konstruksi kapital dan selera publik. Implikasinya musik memiliki ciri-ciri tertentu seperti komposisi tidak bermutu, dibuat sekedar hiburan belaka yang akan segera terlupakan, namun dibuat dengan keterampilan (skill) yang sangat baik.

kedudukan media massa menempati posisi strategis dalam pembangunan batas-batas bagaimana sebuah lagu berada pada titik ideal konstruksi kapital dan selera publik. Implikasinya musik memiliki ciri-ciri tertentu seperti komposisi tidak bermutu, dibuat sekedar hiburan belaka yang akan segera terlupakan, namun dibuat dengan keterampilan (skill) yang sangat baik.

Bagikan


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal