Senin, 08 Februari 2010

Aku Harus Pergi

Rasa sakit itu belum juga hilang, pikirannya masih saja menerawang, matanya menatap kosong langit-langit atap kamarnya, ia mencoba untuk menyingkirkan bayang kelam itu, tapi usahanya sia-sia belaka, semakin kuat keinginannya untuk melupakan bayangan itu semakin kuat juga bayangan itu memasuki alam bawah sadarnya. Ia mencoba lagi menyingkirkan bayangan itu dengan memejamkan matanya, rasa kantuk dipanggilnya tapi percuma saja walaupun ini sudah hari ketiga ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, bayangan itu selalu saja menghantuinya. Semenjak kejadian tiga hari yang lalu ridho hanya mengurung diri dalam kamarnya,.Diambilnya ponsel dari bawah bantalnya kemudian ia mulai membuka kembali pesan singkat dari lia, entah knapa ia sulit sekali melupakan wanita itu walaupun ia tau bahwa wanita itu telah pergi meninggalkan dirinya. Ya Allah, knapa semua ini harus terjadi padaku? Gumamnya dalam hati, kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya menuju meja belajar tepat ia meletakkan laptop kesayangannya. Di bukanya foto-foto dan video kenangannya dengan lia, lama ia terpaku di depan layar monitor laptopnya, kini pikirannya melayang jauh mengingat memori indah itu, hingga akhirnya ia tertidur di meja belajarnya, kemudian sebuah sosok wanita muncul di sebelahnya lalu mencium kening ridho.

Rasa dingin menyelimuti raga ridho yang sedang tertidur, Angin yang berhembus kecang menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamarnya, seolah-olah ingin membangunkan ridho yang tertidur pulas. ia untuk membuka kedua matanya tetapi matanya sulit sekali untuk dibuka seolah-olah ada beban berat yang menempel dipelupuk matanya. “ridho…bangun sudah siang, kamu kuliahkan hari ini” sayup-sayup terdengan suara yang sudah sangat kenal di telinganya. Akhirnya ia terbangun bangkit dari tempat tidurnya, ia duduk sejenak di bibir tempat tidurnya, dan merasakan ada suatu kejanggalan dalam dirinya, namun segera ditepisnya perasaan itu karena suara itu kini terdengar lagi, “ia mah, hari ini kuliah ” jawab ridho lirih sambil berjalan menuju pintu kamarnya.

Sesampainya dikampus ridho tidak melihat satupun teman-teman sekelasnya yang biasanya duduk di tangga menunggu dosen datang, diliriknya jam tangannya, Ya Allah, baru pukul 08.30, aku berangkat terlalu pagi keluhnya dalam hati, akhinya ia putuskan untuk menunggu waktu kuliahnya di kantin kampus yang berada tepat dibelakang kampusnya, ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju kesana. Sesampainya di kantin matanya terpaku melihat seorang wanita yang melambaikan tangannya kepada dirinya. Didekatinya wanita itu kemudian duduk tepat dihadapannya “Mas es caffucinno satu” katanya kepada pelayan kantin, “Kamu datang kepagian ya? Sama aku juga salah liat jadwal, aku kira ini hari senin” cerita wanita itu membuka pembicaraan, “hari ini kamu kuliah jam berapa? Aku ada yang ingin di bicarakan denganmu” lama ridho membisu, dia merasa aneh hari ini, ia merasa seolah-olah pembicaraan ini telah dialaminya sebelumnya tapi dimana, ia berusaha mengingat-ingat lagi, tetapi pelayan kantin yang datang mengantarkan pesanan minuman datang menyela pikirannya, “jam berapa kamu masuk kuliah” tanya wanita itu lagi “jam setengah sepuluh aku masuk kuliah” jawabnya sambil mengingat-ingat dimana kejadian ini pernah terjadi, “ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu. Dan aku harap kamu bisa menerima semua keputusan ku ini. Aku pikir lebih baik hubungan kita cukup sampai disini saja, aku harus pergi, semoga kamu bisa mendapatkan pengganti aku yang jauh lebih baik dari aku” wanita itu berkata datar, ridho hanya bisa diam, menatap wanita itu dengan penuh tanya, ia ingin mengeluarkan suara tetapi di tenggorokannya terasa ada sesuatu yang mengganjal sehingga ia tidak bisa berkata apa-apa “Kamu jangan pernah hubungin aku lagi dan jangan datang lagi kerumahku” ucap wanita itu lagi seraya pergi meninggalkan ridho yang masih diam, “tapi kenapa? Apa salahku?” akhinya ridho dapat mengeluarkan suaranya “karena aku harus pergi jauh” jawab wanita itu tanpa menoleh kearah ridho sedikitpun, “Lia tunggu….!!!! Liaaaaaa…….!!!!!”
Dering ponsel membangunkan tidurnya, “ah, mimpi itu lagi” ridho pun sekarang ingat bahwa mimpi tadi adalah kejadian tiga hari yang lalu, mimpi yang selalu datang setiap ridho terlelap tidur, ponsel ridho berdering sekali lagi, diambilnya ponsel yang tergeletak tepat disebelah laptop, “siapa ini nomor ini aku tidak kenal?”.
“halo ini ridho?” tanya orang wanita yang dari suaranya berusia kira-kira setengah baya, belum sempat ridho menjawab wanita telah berkata lagi “ini mama-nya Lia nak, kamu dimana? Ibu minta kamu datang kesini sekarang nak”. Ridho terdiam, ia masih tidak mengerti ada apa ini sebenarnya, kenapa tadi terdengar suara isak tangis? Bukankah lia sudah berkata jangan pernah menemuinya dan datang kerumahnya lagi, tapi kenapa sekarang tiba-tiba mamanya menyuruh ku datang kerumahnya? Berjuta pertanya memenuhi kepala ridho. Buru-buru ridho mencuci muka dan mengambil jaketnya lalu pergi menuju rumah lia.
Ridho terpaku melihat berdera kuning terpasang tepat di pagar rumah, “apa maksud dari semua ini? Benarkah ini terjadi atau aku hanya sedang bermimpi?” diberanikan langkahnya untuk masuk kedalam rumah lia, didalam rumah ridho menemui lia yang sedang terbujur kaku dibalut dengan kain putih, seketika itu juga lututnya menjadi lemas, ia berusaha mencari sandaran agar tidak terjatuh, “lia meninggal? Kenapa? Tiga hari yang lalu dia masih baik-baik saja? Tapi mengapa sekarang aku menemukannya terbujur kaku disini?” seorang wanita setengah baya menghampiriku, sambil menangis terisak-isak berkata lirih kepadaku “Lia meninggal nak…, sebelum meninggal lia menitipkan ini untuk kamu” sebuah amplop warna biru, warna kesukaan lia.
Terima kasih atas semua kenangan terindah Yang pernah kudapat darimu meski hanya sesaat, Maaf aku tidak memberitahumu tentang penyakit yang telah bersarang diotakku selama tiga tahun belakang ini. Aku meninggalkanmu bukan karena aku tidak mencintamu, tapi karena aku takut kehilangan kamu…” 
kututup surat itu karena ku tak sanggup lagi membaca kelanjutan surat itu, ku tatap wajah lia untuk yang terakhir kalinya yang tersenyum kepada ku.


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal